Resepsionis

resepsionis

Satu cerita dari sudut resepsionis…

Aku melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan Pk.15.00 WIB

Hmmm… masih lama, keluhku dalam hati

Aku melirik ke daftar tamu harian di mejaku, baru beberapa kamar yang terisi. Bulan ini masuk low season jadi tamu harian tidak akan terlalu banyak dan ramai, apalagi ini hanya hotel bintang satu.

Tanganku meraih cermin kecil yang tergeletak di sudut meja, melihat sekilas bedak, alis dan lipstick di wajahku, masih lumayan mulus tak berminyak. Meskipun ini bukan hotel yang terlalu ramai dan bagus, tapi aku berusaha memberikan penampilan yang terbaik.

“Lembur?” tegur Ardi petugas roomboy yang melintas ruangan

Aku mengangguk. Departemen Front Office tempat aku bertugas hanya mempunyai 3 petugas, jadi kalau ada salah satu yang libur, lainnya harus lembur kerja 4 jam.

Seorang wanita terlihat berjalan menuju arahku, jadi aku bersiap berdiri dan memasang senyum terbaik.

“Ada yang bisa saya bantu Ibu?” tanyaku ramah

“Saya akan pergi sebentar ke mall seberang, ada yang perlu saya beli mbak… suami saya masih ada di kamar” kata wanita itu

“Baik Ibu,…” jawabku seperlunya sambil tersenyum

Aku memperhatikan wanita itu berlalu. Tas besarnya nampak menggembung, pasti banyak uang, pikirku.

Masih kuingat dan kucatat waktu kedatangan pasangan suami istri yang nampak romantis dan serasi itu tadi pagi. Pria itu mengingatkanku pada seseorang yang matanya tak pernah terhapus dari ingatanku.

“Satu kamar untuk kami ya mbak…” kata pria itu tadi pagi sambil tangannya memeluk kokoh pinggang wanitanya

“Baik pak…” aku hampir tercekat dan tak mampu menjawab saat pria itu muncul di hadapanku

“Ini KTP saya dan ini pembayarannya” katanya lagi

“Baik pak…” jawabku

Aku menghela nafas pelan saat menyadari nama yang tertulis di depanku tidak sama dengan pria yang namanya menghiasi kenanganku. Hanya mirip, keluhku dalam hati

Wanita itu tampak manja, menyandarkan kepalanya pada lengan pria itu. Uh!

Saat mereka berlalu, aku hanya memandang mereka dengan canggung.

“Ih…. kepengen banget kayak gitu yaaaaaaaaa….” celetuk Edi Bell boy menggodaku

Aku hanya tersenyum masam. Usiaku telah kepala 3, namun sampai detik ini belum ada satupun pria yang serius meminangku, meski aku telah berusaha berkali-kali membangun hubungan. Kondisi keluargaku yang berada di bawah garis kemiskinan, ibu yang menderita gangguan jiwa, gaji yang tak terlalu banyak, mungkin menjadi alasan para pria mundur teratur.

Hmmmm… lagi lagi aku hanya sanggup menghela nafas panjang. Aku cemburu pada orang-orang yang keluar masuk bertamu di hotel ini. Para pasangan yang terlihat bahagia dan romantis, mobil bagus, uang banyak, hmmmm… aku hanya bisa mengerling cemburu.

“Bersyukur saja untuk semua yang kita terima hari ini mbak Tika…, tidak selamanya orang yang terlihat bahagia, itu memang beneran bahagia. Percayalah, jika kita mengisi hidup kita dengan rasa syukur, semua akan terasa lebih mudah dan indah” nasehat Managerku suatu kali.

Aku hanya mengangguk, mengiyakan perkataanya.

Bayangan pria terlihat tergopoh-gopoh menuju ke arahku.

“Mbak… tadi wanita itu kemana ya?” tanya pria itu cepat

“Ada yang….” tanyaku yang segera dipotong cepat olehnya

“Wanita yang datang bersama saya tadi!” katanya

“Oh… eh…” aku kaget setelah wajahnya mendekat padaku, matanya melotot, rambutnya acak-acakan, kemejanya kusut, dan beberapa kancing baju belum terpasang

“Istri bapak maksudnya? Tadi ijin pergi ke mall depan itu pak… katanya hendak membeli sesuatu…” jawabku tenang

“HILANG!!!! PEREMPUAN GILAAA!!!” kata pria itu lagi

Aku melongo kaget

“Tenang Bapak… ada yang bisa kami bantu?” tiba-tiba managerku sudah ada di sampingnya

“TENANG BAGAIMANA??? Perempuan itu mengambil semua barang berharga saya, IPhone, dompet saya dikurasnya, bahkan cincin saya pun sudah tak ada, lihat ini!” pria itu menunjukkan jari tangannya, penampilannya nampak semakin acak-acakan.

“Coba ditelepon saja istrinya pak” kata managerku coba menenangkan

“Dia bukan istri saya! Dia perempuan yang saya temui di kafe semalam” katanya lagi

Aku melirik managerku yang ternyata sedang melirikku juga.

***

8 pemikiran pada “Resepsionis

Tinggalkan Balasan ke yantist Batalkan balasan